Untuk Bintang



Dear Bintang,
Bintang, apa kabarmu hari ini? Semoga pekerjaan malam hari takmembuatmu kelelahan. Orang bilang, kamu selalu lembur. Buatku bukan, pekerjaanmu memang malam hari kan?! Mereka saja yang tak tahu tentang itu. Matahari mengambil giliran siang hari, dan kau malam.

Bintang, ini kali pertama langit berbicara jujur padamu. Bukankah kita sudah akrab dengan waktu? Bahkan 1000 tahun cayaha itu, bukan sesuatu yang lama buatmu. Di angkasa satuan waktu amat tebal dan runcing. Dengan cepat banyak waktu yang dapat ditempuh. Tak akan terasa lama, sungguh!
Hahaha! Bintaaaang! Bukankah kau yang mengajariku tentang “diam berarti mati?” Lalu mengapa kau terus mengintai gugusan itu? Ia sudah jauh di masa lalu. Apa kamu memang akan berhenti di situ? Atau memang kamu memilih jalan mundur? Terserah. Jalan mundur itu kadang membuat doamu taksampai padaku. Iya, aku langit. Di sini ada pintu tempat Tuhan menentukan nasib doamu. Eh, aku sok tahu.

Bintang, apa rasanya cinta? Apakah semanis coklat susu yang ditambahi blackfores? atau sehangat minuman yang ditambahi mint? Haha! Rasa balsem, katamu. Ah, semoga ia tidak sepedas ramen tom yam level 3. Hey! Kau itu bintang paling terang. Tak usah lah menghabiskan energi dengan berusaha masuk dalam gugusan lain. Mencari peluang paling luas dan paling bebas untuk bersinar lebih menyenangkan. Percayalah.

Temanmu,

Langit

Share this:

CONVERSATION

2 komentar: