Senja Kini
Kita harus saling berbicara dalam kepura-puraan gerimis. Seperti saat ini, senja. Engkau datang tatkala angin menegaskan arah pembaringannya. Membisikkan nyinyir pada relung-relung perasaan.
Aku masih saja teringat, kau pernah bersenandung. Tentang hujan dan awan. Yang selalu kau impikan. Hingga kini. Masih saja menyelipkan kenangan -dan mengambang.
Aku tahu, tidak ada yang melebihi senyummu. Angin dan pepohonan, memadukan kekuatannya, hanya akan menambah berita kesia-siaan pada tangan sejarah.
Matamu masih saja berbinar, hingga senja kini. Menitikkan cahaya pada sudut-sudut pergumulan matahari. Juga rembulan kini. Kau tahu itu.
Sebab kita harus terus menengok. Pada gelap tak tereja kelak. Lekas-lekas aku mengecup kesendirian ini. Dan kau hadir.

0 komentar:
Posting Komentar